Selasa, 02 Mei 2017

Marakesh Kota Di Maghribi

Marakesh Kota Di Maghribi  

Maghribi adalah nama lain dari Maroko. Negeri tempat matahari terbenam di sebelah barat Afrika. Yang pernah dikunjungi Zulqarnain seperti dikisahkan dalam surat Al Kahfi. Marakesh adalah sebuah kota tua di negeri itu. Maroko adalah sebuah kerajaan, dan rajanya yang sekarang bernama Muhammad VI. Negeri yang berbatasan dengan Spanyol di utara dan dari pantainyalah pasukan Thariq bin Ziyad menyeberang untuk menaklukkan semenanjung Iberia. 

Menurut sejarah sebelum datangnya bangsa Arab membawa agama Islam, penduduk Maroko adalah suku Berber. Islam datang ke Maroko di tahun-tahun awal sejak agama ini dibawa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Orang-orang Arab berasimilasi dengan mereka. Masyarakat Berber bukan saja menerima pendatang Arab itu tetapi juga menerima Islam dan bahasa Arab. Orang Maroko sekarang sebagiannya adalah keturunan Arab. Tentu saja menarik untuk menyusuri jejak-jejak keagungan Islam di negeri ini. Paling tidak di kota Marakesh ini.

Maroko pernah menjadi protektorat Perancis sejak tahun 1912 sampai kembali merdeka di tahun 1956.

Demikian sedikit latar belakang yang aku coba gali tentang Maroko sebelum datang ke Marakesh. 

Hari Selasa kami mulailah melihat-lihat kota Marakesh. Diantar mobil penginapan (disewa, dan kami minta untuk menjemput kembali sore nanti). Cuaca cerah dengan suhu mirip udara di Bandung. Dimulai dengan kunjungan ke Medina, bagian kota lama yang dilingkungi oleh pagar tembok. Kami lalui lapangan besar di tengah kota yang barangkali seperti alun-alun bagi kota-kota di Jawa. Banyak orang lalu lalang di lapangan ini. Ada beberapa pedagang kaki lima baik dengan gerobak sederhana maupun yang menggelar dagangan di tanah. Ada pedagang asongan. Ada topeng monyet, atraksi ular sendok dengan pawangnya meniup-niup terompet dengan irama tidak jelas. Ada yang berpakaian badut. Menantuku mengingatkan agar tidak sembarang memotret dan tidak usah memberi perhatian berlebihan kepada atraksi yang manapun.
 
Setelah melewati 'alun-alun' kami masuk ke bagian pasar tradisional. Orang Maroko di samping berbahasa Arab juga berbahasa Perancis. Dari yang berbahasa sekedarnya (pelayan restoran, pelayan toko) sampai yang fasih. 

Tidak lama kemudian kami mendengar suara azan. Kami segera menuju mesjid yang terletak di dekat pasar tersebut untuk shalat zuhur.  Tempat shalat wanita terpisah dari ruang utama mesjid.



Di pintu masuk ada seorang penjaga yang memberikan kantong alas kaki terbuat dari kain. Alas kaki kita dimasukkan ke dalam kantong itu dan dibawa masuk ke dalam mesjid, diletakkan di rak-rak dekat kita shalat. Mesjid yang lumayan besar itu penuh di ruang utamanya. 


Sesudah shalat kami lanjutkan lagi melihat-lihat di sekitar pasar. Hari itu kami memang berjalan-jalan sesukanya saja tanpa pemandu. Dilanjutkan dengan berkeliling kota Medina dengan kereta kuda. Kereta berkuda ini sangat banyak dan disediakan hanya untuk turis (bukan alat transport untuk umum). Mereka antri menunggu penumpang / turis  

Hari itu kami selesaikan dengan makan malam di sebuah restoran masih di lingkungan 'alun-alun'. Dengan menu tajin lagi.....

****                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar