Selasa, 02 Juni 2015

Sekolah Hamizan

Sekolah Hamizan  

Izan bersekolah di International School of Bearn di Pau. Karena di sini memang banyak warga negara asing yang tinggal dan bekerja. Sebagian besar bekerja di perusahaan minyak Total di negara mereka masing-masing, lalu mendapat penugasan di Pau untuk beberapa tahun, seperti halnya menantuku. Dan anak-anak mereka bersekolah di ISB tersebut. 

Hari Ahad tanggal 31 Mai kemarin ada  acara International Day di sekolah itu. Acara itu diadakan di lapangan pekarangan sekolah. Masing-masing negara asal punya boot yang ditandai dengan bendera negaranya. Aku cukup surprise bahwa ternyata banyak sekali negara yang terwakili di sekolah ini. Inggeris (+Scotlandia, dengan dua bendera berbeda), Jerman, Spanyol, Portugal, Rusia, Mesir, Aljazair, Nigeria, Kazakhztan, Jepang, Korea, Myanmar, Indonesia, Australia, Canada, USA, Peru.... Yang paling ramai ternyata adalah murid-murid dari Nigeria dan Indonesia. Sebelum acara dimulai jam sebelas siang, anak-anak itu sudah sibuk bermain bersama. Ada yang berkejar-kejaran, bergerombol-gerombol. Semua berkomunikasi dalam bahasa Inggeris yang baik.



Mengelilingi lapangan itu berjejer boot setiap negara. Ada yang kecil dengan satu meja saja, ada yang cukup besar menggunakan empat buah meja. Boot Indonesia adalah yang paling meriah dan dikawal oleh ibu-ibu wali murid. Beberapa stand menyediakan makanan khas. Ada kuskus dari Aljazair, paella dari Spanyol, sejenis martabak daging dari Mesir, nasi kuning dari Indonesia, roti, biskuit dan minuman (alkohol) dari negara lain. Setiap pengunjung bebas mencicipi makanan di setiap stand yang mana saja. Stand Indonesia paling banyak pengunjungnya.

Ada parade murid dari masing-masing negara. Untungnya udara cerah dengan temperatur di atas dua puluh derajat. Acaranya tambah meriah. Hamizan tampil dengan busana Minang berwarna merah dipinjamkan orang tua murid yang orang Minang juga. Sayang anaknya sendiri tidak mau memakai busana yang sama. Kontingen Nigeria dan Indonesia menampilkan nyanyian bersama dan tarian. Hanya dua kontingen ini saja yang tampil karena jumlah murid-muridnya memang banyak.

Acara itu berakhir jam 4 sore. 

Kemarin siang ada acara lain di sekolah. Kelas Hamizan dapat giliran dalam acara assembly. Pada acara ini murid satu kelas mendemonstrasikan nyanyi bersama, deklamasi bersama di hadapan murid-murid semua kelas lain plus guru-guru plus orang tua murid. Pada waktu deklamasi masing-masing murid membacakan ungkapan yang sudah dihafalkan bergantian. Rangkaian dari ungkapan-ungkapan itu berisi ajaran untuk rajin, jujur, sopan, pemaaf, menghargai orang lain dan sebagainya.

Sistim pendidikan di Perancis ini sepertinya lebih sederhana dan terarah. Murid-murid tidak dipaksakan untuk menguasai banyak subjek. Ini jelas sangat berbeda dengan sistim pendidikan di negara kita yang kurikulumnya terlalu padat. Hal ini menjadi momok bagi murid sekaligus orang tua yang akan pulang ke Indonesia. Keadaan yang sudah pernah dialami anak-anakku 26 tahun yang lalu. Mereka harus bekerja keras menyesuaikan diri dengan pelajaran di Indonesia.

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar