Jumat, 24 April 2015

Perjalanan Menengok Cucu

Perjalanan Menengok Cucu 

Perjalanan ini sudah direncanakan sejak beberapa bulan yang lalu. Waktunya dipilih setelah berlalunya musim dingin di Eropah. Tiket pesawat dicari melalui internet. Pilihan akhirnya jatuh ke Vietnam Airlines dengan biaya Rp 21 juta untuk dua orang dalam perjalanan Jakarta - Ho Chi Min City - Paris pulang pergi. Biaya yang lumayan murah, meski pernah ada tawaran yang lebih murah tapi luput dari pemesanan. 

Sempat juga dipelajari reputasi Vietnam Airlines ini melalui Google. Ternyata cukup meyakinkan dan tidak perlu dikhawatirkan. Penerbangan ini membawa penumpangnya ke banyak tempat di Eropah, Amerika dan Australia. Mungkin lebih lincah dari Garuda. Sebelum hari keberangkatan, sudah dipesan melalui Biro perjalanan untuk mendapatkan makanan halal selama penerbangan. Hal ini hanya bisa dilakukan melalui biro tersebut karena kantor Vietnam Airlines di Jakarta tidak bisa dihubungi. Masih agak khawatir juga bahwa permintaan ini tidak akan dipenuhi. Seandainya tidak disediakan, apa boleh buat, kita akan menghindari sajian daging apa saja kecuali ikan. Bila perlu kita akan makan nasi atau roti saja.

Hari keberangkatan itupun datang. Hari Kamis tanggal 23 April. Kami diantar si Bungsu dan si Sulung plus cucu paling kecil anak si Sulung. Berangkat jam 9 pagi dari rumah. Jalan yang dikhawatirkan akan macet karena pertemuan Asia Afrika, ternyata sangat lancar. Kurang jam sebelas kami sudah sampai di Bandara Soeta. Langsung masuk untuk check in. Proses check in lancar. Bagasi kami seberat 61 kg, sebagian besar pesanan si Tengah berupa bahan makanan terdiri dari 4 potong (tiga koper plus satu kotak berisi kado mainan untuk cucu) tidak ada masalah. Kami berpisah dengan si Sulung, si Bungsu dan Adek (yang terbingung-bingung) dan langsung menuju pemeriksaan imigrasi.

Pesawat Vietnam Airlines tujuan Ho Chi Min City itu berangkat tepat waktu. Sempat agak antri untuk take off dibelakang beberapa pesawat Garuda. Setelah mengudara, seorang pramugari datang menghampiriku dan menanyakan apakah aku memesan halal food. Dia rupanya melakukan pengecekan untuk konfirmasi. Ternyata kami yang pertama mendapatkan suguhan makanan dengan label Moslem Food. Alhamdulillah. 

Di pesawat ini banyak ibu-ibu Indonesia berjilbab. Penumpang pesawat Airbus A321 ini kebanyakan memang orang Indonesia. 

Jam setengah lima sore kami mendarat di Bandara kota Ho Chi Min City. Kami akan menunggu sampai jam setengah sebelas malam untuk lanjut dengan penerbangan menuju Paris. Tadinya terpikir untuk sedikit melancong di kota ini. Kami bertanya di kaunter informasi bandara, sambil memberi tahu bahwa kami punya sekitar 5 jam sebelum melanjutkan penerbangan, apakah memungkinkan untuk pergi keluar. Petugas itu menyarankan agar menanyakan ke petugas imigrasi. Sepertinya dia tidak merekomendasikan rencana tersebut. Akupun jadi ragu pula untuk keluar. Dia memberi kami dua lembar kupon untuk makan malam gratis di restoran di tingkat tiga bangunan bandara, karena waktu tunggu yang lama itu. 

Akhirnya kami duduk saja menunggu di bandara tersebut. Kami shalat maghrib dan isya di dekat pintu tangga darurat. Sayang wifi di bandara itu tidak berfungsi dengan baik. Kami tidak bisa berkomunikasi dengan anak-anak.

Jam sembilan kami masuk ke ruangan tunggu. Berangsur-angsur calon penumpang bertambah banyak. Sebagian besar orang-orang berbahasa Perancis. Banyak di antara turis Perancis itu membawa topi 'caping gunung' dari anyaman bambu. Topi yang dulu dipakai tentara Vietcong ketika berperang melawan Amerika.

Pesawat tujuan Paris inipun berangkat tepat waktu. Kali ini jenis Boeing 777. Di kelas ekonomi ini ada 9 tempat duduk dalam satu baris yang terdiri dari masing-masing 3 bangku. Kami ditempatkan pada bangku terpisah (dipisahkan gang). Di sebelah sana ada sepasang suami istri orang Perancis, dan di sebelah sini juga sepasang suami istri orang Vietnam. Jadi tidak mungkin kami minta bertukar tempat.

Seperti tadi dari Jakarta, kali ini seorang pramugara juga datang melakukan pengecekan pesanan makanan halal. Dan seperti tadi juga, kami yang paling awal mendapat sajian makan malam. Hal ini perlu diacungi jempol. 

Setelah makan malam aku berusaha tidur. Jam empat aku dibangunkan istri karena alarm hapeku berbunyi. Saat itu masih jauh sebelum waktu subuh. Setelah  mematikan alarm aku kembali tidur. Jam delapan waktu Jakarta, aku terbangun dan tidak bisa tidur lagi. Padahal masih malam, mungkin masih jam empat waktu di posisi itu. Kami shalat subuh jam 9 waktu Jakarta. 

Masih ada acara makan lagi setelah itu. Pesawat itu mendarat jam 6.40 di bandara Charles de Gaulle Paris. Ketepatan waktu yang sangat lumayan, karena jadwal kedatangan harusnya jam 6.30. 

Setelah melalui imigrasi dan mengambil bagasi, kami keluar menuju stasiun kereta api SNCF. Kami akan naik kereta TGV menuju Toulouse via Bordeaux.

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar