Selasa, 12 Mei 2015

Mesjid Di Pau

Mesjid Di Pau   

Ada mesjid yang terletak tidak terlalu jauh dari tempat tinggal anak menantuku di kota Pau. Mesjid ini konon satu-satunya di kota ini. Menurut cerita si Tengah dan sang mantu B, salah satu pertimbangan mereka memilih tempat tinggal ini adalah karena lokasinya yang tidak jauh dari mesjid tersebut. Meskipun ada suara sumbang dari sebagian (kecil) rekan sekantornya yang mengatakan bahwa lokasi dekat mesjid ini adalah daerah orang-orang miskin dan dikhawatirkan rawan bahaya. Sebuah prasangka yang tidak perlu diperdulikan. 

B berusaha sesanggupnya untuk shalat berjamaah di mesjid itu. Si Tengah ikut pengajian mingguan bersama-sama ibu-ibu setiap hari Kamis siang, dan Hamizan ikut madrasah seperti TPA dua kali seminggu, hari Sabtu dan Minggu. Jadi memang sangat bermanfaat keberadaan mesjid yang tidak jauh dari rumah ini.

Mesjid ini terdiri dari dua bangunan terpisah. Bangunan utama bertingkat, berukuran kira-kira 15 x 15 meter. Yang dipakai untuk shalat fardhu adalah bahagian bawah bangunan utama. Bahagian atasnya dipakai untuk madrasah. Sebagian besar jamaahnya adalah orang Maroko. Mereka berbahasa Arab dan Perancis. Yang datang shalat berjamaah hanya laki-laki. Kecuali hari Jumat, jamaah perempuan juga ikut hadir dan mereka shalat di bahagian atas.  Shalat subuh dihadiri tiga shaf, lebih kurang sembilan puluh orang jamaah. Shalat zuhur hampir sama banyak. Shalat maghrib bisa sampai lima shaf. 

Yang agak aneh, pengaturan shaf pada waktu shalat fardhu dilongkap. Shaf kedua dan ke empat dibiarkan kosong. Jadi yang digunakan hanya shaf pertama, ketiga dan kelima. Kecuali pada waktu shalat Jum'at semua shaf digunakan. Pada hari Jum'at bangunan tambahan juga dipakai. Jumlah jamaah Jum'at aku perkirakan lebih dari lima ratus orang. Di antara jamaah shalat Jum'at ada beberapa orang yang dari penampilannya terlihat orang Perancis asli. 

Bagaimana dengan pelaksanaan shalat? Tidak ada perbedaan yang berarti dengan shalat yang kita kerjakan. Iqamat sepuluh menit sesudah masuk waktu kecuali pada waktu maghrib hanya lima menit. Aku tidak melihat ada jamaah yang tidak bersedekap, padahal dulu aku menyangka kebanyakan orang dari Afrika Utara tidak bersedekap ketika berdiri dalam shalat. Barisan shaf diatur rapat oleh jamaah, sehingga bahu dengan bahu saling bersinggungan. Ada imam yang sama sekali tidak membaca doa iftitah sebelum alfatihah. Begitu selesai takbiratul ihram dia langsung membaca alhamdulillahirabbil'alamiin. Makmum membaca aamiin dengan suara yang tidak terlalu keras sesudah imam membaca waladhdhalliin. Imam tidak membaca doa qunut pada shalat subuh. Sesudah salam, masing-masing melakukan zikir dan doa sendiri-sendiri dalam senyap.

Khutbah Jum'at disampaikan dalam bahasa Arab seutuhnya. Hanya saja sebelum khutbah ada pembacaan isi khutbah dalam bahasa Perancis. Khutbah hari Jum'at kemarin adalah tentang peristiwa isra' mi'raj Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.

Yang perlu dicermati pula adalah pergeseran masuknya waktu shalat. Ketika aku baru datang waktu subuh di sini adalah jam 5.50 pagi. Tadi subuh (setelah enam belas hari) jam 5.22. Meski sudah di pertengahan musim semi, suhu udara di waktu subuh masih terasa sangat dingin, sekitar 10 derajat.

Terasa indah kebersamaan dalam berjamaah di mesjid Pau ini.

****


Tidak ada komentar:

Posting Komentar