Rabu, 30 Agustus 2017

Ketika Allah Membolak-balikkan Hati

Ketika Allah Membolak-balikkan Hati   

Ada seorang warga yang tiba-tiba jadi rajin ikut shalat berjamaah ke mesjid. Tiba-tiba karena tadinya, beliau ini boleh dikatakan tidak akrab dengan mesjid. Kebetulan beliau sakit-sakitan akhir-akhir ini. Mudah-mudahan saja ini adalah pertanda baik buat beliau, di usia yang terbilang senja, dalam kondisi kesehatan yang kurang baik, hatinya tersentuh untuk lebih mendekat kepada Allah.  

Cerita yang mirip atau yang bertolak belakang seringkali terjadi di sekitar kita kalau kita jeli mengamati. Ada orang yang tidak pernah perduli dengan mengikuti perintah Allah. Entah dia ada shalat atau tidak, entah dia ada puasa atau tidak. Sangat asing dengan lingkungan mesjid. Tiba-tiba jatuh sakit. Dan diapun tersentak akibat penyakitnya. Lalu dengan tertatih-tatih berusaha mendekat kepada Allah. Dengan bertongkat dia datangi setiap panggilan azan.

Tapi ada pula yang sebaliknya. Penyakit yang menimpanya justru menjadikan dia semakin jauh. Dia mengumpat dan menyesal, karena merasa telah berbuat keliru sehingga akhirnya dia jatuh sakit. Dia makan sate kambing (kesukaannya) dengan porsi agak berlebihan, dan keesokan harinya dia kena stroke. Separuh tubuhnya tidak bisa digerakkan. Dia mengumpat sate kambing yang dimakannya. Lalu hari-harinya dilaluinya dengan kesulitan dalam penyesalan dan frustrasi panjang. Badan sudah lumpuh sebelah. Dia jadi sangat tergantung pada pertolongan orang lain. Istrinya, bukannya merawatnya tapi pergi meninggalkannya. Maka bertambah panjanglah kekesalannya. Tidak terpikirkan olehnya untuk mengadukan nasibnya kepada Allah. Meminta pertolongan Allah.  

Lalu ada orang yang tadinya rajin beribadah. Rajin shalat berjamaah ke mesjid. Allah mengujinya, dia kena PHK di tempat kerja. Serta merta dia membelakangi Allah sesudah itu. Tidak mau lagi hadir ke mesjid. Tidak mau bergaul dengan tetangga. Seolah-olah langit runtuh menimpa dirinya dan dia langsung berputus asa. Bukannya mendekatkan diri kepada Allah tapi dia malah menjauh. Di hati kecilnya keluar umpatan. Bahwa Allah tidak adil kepadanya. Kok dia yang rajin beribadah selama ini justru yang di PHK. Dia tidak sadar bahwa itu adalah ujian Allah. Hasilnya, dia gagal dalam ujian tersebut.  

Allah melalui lisan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan agar kita memohon kepada Allah, 'Ya muqallibal qulub, tsabbit qalbiy 'alaa diinyka wa 'alaa tha'aatika.... (Wahai Dzat Yang membolak-balikkan hati, bimbinglah hatiku kepada agama-Mu dan kepada ketaatan kepada-Mu).

****

Selasa, 29 Agustus 2017

Halusinasi, Bisikan-bisikan Setan

Halusinasi, Bisikan-bisikan Setan 

Seseorang yang gemar membaca cerita-cerita khayal, sangat mudah  terpengaruh dengan membayangkan semua cerita khayal itu seolah-olah adalah kejadian sebenarnya. Ada seorang kemenakan yang selalu berhalusinasi tentang makhluk luar angkasa atau alien. Dia dihantui bayangan tentang alien yang seperti selalu ada di sekitar dirinya. Kadang-kadang dia seperti ketakutan luar biasa karena merasa sedang diancam oleh alien tersebut. Ternyata semua itu berasal dari kebiasaannya membaca artikel tentang alien di internet.  

Khayalan bisa pula datang setelah menonton film. Keasyikan mengikuti cerita sebuah filem menjadikan seseorang hanyut bagaikan dia masuk kedalam kejadian di dalam film yang ditontonnya.

Berhalusinasi atau mengkhayal bisa terjadi pada siapa saja. Khalayalan adalah sesuatu yang tidak nyata, tapi dibayangkan seperti sebuah kenyataan. Ada orang yang sudah beranjak tua, sudah kehilangan banyak kemampuan, lalu berkhayal tentang kehidupannya ketika masih muda. Membayangkan bahwa dia masih kuat, masih gagah, masih perkasa. Dia merasa bahwa yang dialaminya dengan berkurangnya kemampuan bukanlah karena uzur ketuaan. 

Berkhayal sebenarnya adalah tipu daya setan terhadap manusia. Setan membisik-bisikkan kebohongan di dalam dada kita. Kalau kita perturutkan khayalan demi khayalan itu niscaya kita akan terpengaruh menjadi sesat. Menjadi tidak mengimani kenyataan.

Halusinasi atau khayalan itu bisa tentang yang 'indah-indah' tapi bisa juga tentang yang buruk dan mengerikan. Tentang yang indah-indah seperti kesenangan dunia yang tidak mungkin dicapai. Tentang keburukan seperti dihantui oleh rasa takut berlebihan. 

Hendaklah kita rajin-rajin membaca surat An Naas. Yang salah satu ayatnya adalah meminta perlindungan Allah dari bisikan was-was ke dalam dada yang datang dari setan. Baik setan golongan jin maupun golongan manusia.   

****      

Selasa, 22 Agustus 2017

Ketika Keenam Cucu Berkumpul

Ketika Keenam Cucu Berkumpul    

Sudah lebih dari sebulan cucu-cucu yang di Pau dibawa pulang kembali ke Indonesia oleh orang tua mereka. Sang menantu, ayah dari cucu-cucu itu telah menyelesaikan penugasannya selama tiga tahun di sana. Sejak pertengahan Juli yang lalu mereka pulang ke Indonesia. Mampir sebentar di Jabodetabek (hanya sekitar seminggu) lalu meneruskan perjalanan mereka ke Balikpapan, tempat sang menantu akan kembali bertugas. Setelah sepuluh hari di Balikpapan, si Tengah bersama Hamizan dan Fathimah (menantu tidak ikut karena sudah mulai bekerja) dibawa kembali ke Jatibening untuk melanjutkan kangen-kangenan dengan abang-abang, di samping umi harus berbelanja untuk keperluan rumah di Balikpapan. 

Mereka di Jatibening selama sebelas hari sejak tanggal sebelas yang lalu. Hamizan tidak ikut sekolah regular tapi oleh orang tuanya dimasukkan ke program home schooling. Mereka bisa berkumpul penuh di akhir pekan. Semua nginap di rumah belakang. Keempat bersaudara tidur di kamar onti

Bagi Hamizan ini adalah momen yang paling disenanginya. Bermain bersama abang Afi, abang Asyid, dan Rayyan. Mereka berempat ini seperti dua pasang saudara kembar (Rafi dan Rasyid yang memang kembar, Izan dan Rayyan juga seperti saudara kembar). Sibuk dan heboh.


Fathimah, satu-satunya perempuan juga bisa menyesuaikan diri dan ikut gembira bermain dengan abang-abang itu. Bahkan si kecil Razzan, dengan bahasanya yang masih belum jelas, kalau sudah berkumpul, tidak mau kalah. Ikut-ikutan heboh.

Tempat bermain bisa di mana saja. Yang paling favorit adalah di kabar inyiak/nenek, sambil memelototi Ipad. Atau di ruang tengah sambil bermain petak umpet. Atau memancing di dua kolam kecil di belakang rumah.

Di hari-hari sekolah, ketika abang-abang sekolah, Izan dan Fathimah bermain di rumah dengan inyiak, nenek, umi dan kadang-kadang dengan onti.  

Yang juga sangat disenangi kalau pas pergi bersama onti Nadya. Ke Gramedia, nonton bioskop. Bahkan terakhir Izan dan Fathimah sekedar berkunjung ke tempat onti bekerja, untuk main dengan kucing yang memang banyak di sana.
 
Pernah pula mereka bersama-sama pergi mengunjungi pameran Habibie di Kemayoran. Semua ikut ke sana, kecuali inyiak. 

Sebelas hari ternyata sangat cepat berakhir. Datanglah saat yang paling tidak disukai Izan, harus berpisah. Izan ini memang sangat peka untuk urusan perpisahan ini. Tidak bisa menahan haru, dan air matanya bercucuran. Inyiak selalu menyemangati, bahwa bertemu dan berpisah akan selalau saja terjadi dalam hidup. Tidak boleh disikapi dengan kesedihan berlebihan.  

Demikianlah, tadi malam umi, Izan dan Fathimah diantar ke bandara Halim. Mereka berangkat kembali ke Balikpapan. Kebersamaan sementara itupun berakhir.

****




                              

Senin, 21 Agustus 2017

Dagang Sapi

Dagang Sapi       

Kita sering mendengar istilah politik dagang sapi, tapi mungkin tidak terlalu paham maksudnya. Pedagang sapi memang mempunyai cara tersendiri dalam menentukan harga. Harga yang ditentukan oleh sesama pedagang, sulit ditebak dan seperti sudah disetel. Terutama di saat menjelang hari raya Aidil Qurban seperti sekarang. Yang pasti harga itu sudah dinaikkan dari harga biasa di luar hari raya. 

Harganya dihitung dengan harga perkilogram berat kotor sapi. Tahun ini, sapi Bali ditawarkan dengan harga antara 55 ribu sampai 58 ribu perkilogram berat kotor. Kalau kita mau menawar, kita minta agar harga perkilogram itu diturunkan. Setelah itu berat sapi yang akan kita beli disesuaikan dengan keuangan kita. Misalnya sapi yang seberat 300 kilogram dan sebagainya. Variasi berat sapi bisa sangat banyak, dari yang sekitar 250 kilo sampai yang 1 ton atau lebih. 

Kami sebagai panitia kurban di mesjid komplek mencoba berlangganan dengan penyedia sapi kurban dari tahun ke tahun. Harapannya, agar pedagang penyedia ternak sapi tidak mempermainkan harga untuk kami (sebagai pelanggan). Ternyata harapan itu tidak terlalu menggembirakan. Pernah salah seorang jamaah menawar harga per ekor sapi ke penyedia langganan tersebut per telepon tanpa menyebutkan bahwa dia jamaah mesjid komplek kami. Entah karena dia mengharapkan pelanggan baru, dia memberikan harga di bawah yang dia tawarkan kepada panitia kurban mesjid kami. Waktu kami minta agar harga untuk kami diturunkan, dengan segala alasan dia menolaknya. Mau pindah ke penjual lain, waktu sudah tidak memungkinkan, apalagi kami membeli lebih dari sepuluh ekor sapi.  

Tahun berikutnya kami pindah ke penjual lain. Dua tahun berturut-turut kami membeli sapi ke penjual yang baru ini. Tahun ini hampir saja kami membeli dari dia lagi dan sudah mendapat harga 55 ribu per kilo untuk sapi Bali. Tiba-tiba kami dapat informasi tempat membeli sapi dengan harga lebih murah. Waktu kami beritahu bahwa kami tahun ini tidak akan mengambil sapi dari penjual kedua tadi (karena kami  mendapat harga yang lebih baik) dia menawarkan untuk menurunkan harga jadi 53 ribu. Seperti itu rupanya penetapan harga oleh pedagang sapi.   

Yang kita bicarakan di atas adalah harga sapi potong yang memang tidak terlalu umum untuk diketahui. Permainan harga, karena besarnya permintaan menjelang hari raya kurban, lebih kentara untuk hewan kambing. Kambing kurban paling murah berkisar antara 2,5 sampai 3 juta rupiah per ekor, untuk ukuran kambing kecil. Di hari-hari biasa, kalau kita memesan kambing untuk aqiqah, dengan 2,5 juta rupiah kita bisa mendapatkan kambing ukuran sedang, sudah dimasak (jadi sate dan gulai kambing) dan diantar ke rumah.  

****    

Minggu, 13 Agustus 2017

Inovasi

Inovasi

Aku membaca sebuah artikel tentang tumbangnya sebuah perusahaan yang sudah berumur puluhan tahun di negeri kita. Perusahaan jamu yang sangat merakyat, yang produknya sangat dikenal dan digunakan masyarakat secara luas. Banyak konon yang kaget mendengarnya. Kok bisa usaha yang sudah mapan dan dikelola berpuluh tahun itu tiba-tiba tersungkur. Lebih menariknya lagi bagiku, ada tulisan seorang ahli yang bercerita tentang perusahaan-perusahaan raksasa dunia yang bernasib sama. 

Perusahaan-perusahaan raksasa yang tiba-tiba terjerembab. Disebutkan oleh sang ahli itu, bagaimana merek-merek sebesar Toshiba, Sharp, Sanyo di Jepang sana tiba-tiba kehilangan nafas dan ambruk. Aku terpaksa percaya karena punya pengalaman kecil. Laptop ku sebelum ini bermerek Toshiba, sudah dipakai beberapa tahun, ketika akhirnya sang laptop sakit parah dan tidak bisa difungsikan optimal. Aku berniat membeli yang baru. Ketika aku bertanya jenis laptop Toshiba yang lebih baru, pelayan toko memberi tahu bahwa barang Toshiba sudah tidak ada lagi (dijual). Aku yang terheran-heran dan bertanya kenapa, dijawab, bahwa bahwa produk Toshiba sudah tidak pernah datang lagi.  

Pelan-pelan otakku mulai memahami bahwa terlambat dalam berinovasi bisa berakibat sangat fatal pada sebuah industri besar. Para pakar dituntut untuk setiap saat menemukan inovasi baru. Jika gagal, maka resikonya bisa hancur. Itu yang terjadi dengan Nokia, pembuat telepon genggam. Beberapa tahun yang lalu, hampir-hampir orang mengenal hape itu sebagai Nokia, karena sebegitu populernya merek itu. Tapi kemudian, Nokia ditenggelamkan oleh merek-merek lain seperti Blackberry dan terakhir Samsung. Blackberry saat ini sepertinya juga sudah mulai megap-megap. Akankah Samsung bertahan? Biar sama-sama kita lihat.  

Kita bisa dengan mudah memahami jika peralatan elektronik seperti laptop, hape, kamera dan sebagainya itu dapat tergilas kalau gagal membuat terobosan. Tapi bagaimana dengan jamu? Ternyata demikian pula. Kalaupun produk jamunya tetap masih dihasilkan dari racikan tumbuh-tumbuhan yang sama, si produser dituntut untuk lebih jeli dan giat dalam mengiklankan produknya. Besar kemungkinan inilah penyebab ambruknya penjualan jamu yang kita bahas.   

Pada suatu kesempatan aku menonton tayangan tv NHK tentang pasar lambung (food court) di Beijing, Cina. Ada sebuah tempat di mana berjejer puluhan penjual makanan, yang biasanya berjualan di malam hari. Seorang penjual diwawancarai dan bercerita bahwa persaingan dagang di pasar lambung itu sangat ketat. Kita, katanya, harus secara berkala memperkenalkan hidangan baru dengan resep baru. Karena satu jenis makanan yang disukai orang banyak, pasti akan ditiru oleh pedagang di sebelah menyebelah. 

****       

Minggu, 06 Agustus 2017

Perlu Filter Ketika Menyimak Pengajian

Perlu Filter Ketika Menyimak Pengajian    

Suatu ketika, seorang khatib membahas dalam khutbahnya tentang suatu kejadian di kalangan jamaah umrah Indonesia di Makkah. Salah satu jamaah bertanya, kenapa imam di Masjidil Haram tidak menjaharkan bacaan bismillah ketika membaca surat Al Fatihah. Ustadz pembimbing jamaah menjawab dengan ungkapan, ini (tidak menjaharkan bismillah) cara yang benar. Lalu, bapak khatib membahas bahwa cara menjawab seperti itu sangat tidak benar dan terkesan angkuh. Beliaupun membahas lebih jauh bahwa, kita, ahlussunah wal jamaah, pengikut mahzab Syafei. Imam Syafei menjahar bacaan bismillah waktu membaca Al Fatihah. Begitu keterangan beliau.

Aku terpana mendengar keterangan dalam khutbah seperti ini. Kalau beliau merasa bahwa ungkapan pembimbing jamaah umrah dengan mengatakan bahwa 'ini cara yang benar' sebagai jawaban yang angkuh dan sombong, apakah keterangan beliau bahwa kita pengikut mahzab Syafei lalu kita menjaharkan bacaan bismillah, menjawab pertanyaan? Siapa saja yang dianggap sebagai ahlussunah wal jamaah? Apakah mereka dari kelompok ormas lain di Indonesia ini bukan pengikut ahlussunah wal jamaah, karena mereka juga mengaku sebagai ahlussunah wal jamaah?

Kita tentu tidak bisa masuk ke dalam salah satu dari golongan yang mengatakan bahwa hanya kelompok mereka saja yang benar. Kita wajib mencari tahu sebelum menerima suatu keterangan dari ustadz manapun, terutama kalau sudah menyangkut hal-hal yang ada perbedaan pendapat. Istilahnya kalau menyangkut hal-hal khilafiyah. 

Saya juga tidak menjaharkan bismillah ketika membaca Al Fatihah dalam mengimami shalat. Ada jamaah yang bertanya, apa dasarnya saya berbuat demikian. Lalu saya jelaskan bahwa saya membaca hadits dari Anas bin Malik berikut ini;
 
Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Abu Bakar, Umar, dan Utsman memulai bacaan dalam shalatnya dengan Alhamdulillahirabbil ‘alamin. (HR. Abu Daud).

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, katanya: “Saya telah shalat di belakang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman, dan tak satu pun dari mereka yang mengeraskan bacaan Basmalah.” (HR. An Nasa’i). 

Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, katanya: “Adalah shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Abu Bakar, Umar, dan Utsman, mereka memulainya dengan membaca: Al Hamdulillahirrabbil ‘alamin.” (HR. At Tirmidzi). 

Lalu bagaimana dengan mereka yang menjaharkan bacaan bismillahnya? Tentu mereka juga punya dalil. Punya rujukan juga, jadi biarkan sajalah.  

Ustadz yang menyampaikan ta'lim, atau khatib yang menyampaikan khutbah tentu tidak luput dari kekhilafan. Seandainya kita mendapat keterangan yang lebih jelas dari apa yang mereka sampaikan, tentu kita tidak harus taqlid saja kepada para ustadz tersebut.

Wallahua'lam.

****
Mereka berdalil dengan hadits Anas bin Malik
مِعْتُ قتادةَ يُحَدِّثُ عن أنسٍ قال : صلَّيْتُ مع رسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، وأبي بكرٍ ، وعمرَ ، وعثمانَ ، فلم أَسْمَعْ أحدًا منهم يقرأُ بسمِ اللهِ الرحمنِ الرحيمِ
“aku shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman dan aku tidak mendengar mereka membaca bismillahir rahmanir rahim” (HR. Muslim 399).


Sumber: https://muslim.or.id/19744-hukum-basmalah-dalam-shalat.html
Mereka berdalil dengan hadits Anas bin Malik
مِعْتُ قتادةَ يُحَدِّثُ عن أنسٍ قال : صلَّيْتُ مع رسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، وأبي بكرٍ ، وعمرَ ، وعثمانَ ، فلم أَسْمَعْ أحدًا منهم يقرأُ بسمِ اللهِ الرحمنِ الرحيمِ
“aku shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman dan aku tidak mendengar mereka membaca bismillahir rahmanir rahim” (HR. Muslim 399).


Sumber: https://muslim.or.id/19744-hukum-basmalah-dalam-shalat.html