Rabu, 24 Agustus 2016

Rumah Potong Hewan

Rumah Potong Hewan

Beberapa hari yang lalu, kami panitia Aidil Adha Mesjid Al Husna Komplek Depkes II Jatibening berkunjung ke penyedia ternak sapi kurban di Cikarang. Tahun lalu kami membeli 20 ekor sapi kurban dari mereka. Tahun ini sepertinya penawaran mereka masih yang terbaik. Pedagangnya bernama pak D, cukup ramah. Kami senang berbincang-bincang dengannya. Kandang penampung sapinya terletak persis di belakang rumah potong dan bisa menampung sampai 40 an ekor sapi. Umumnya adalah sapi Bali. Pak D adalah penyedia ternak potong untuk konsumsi harian masyarakat Cikarang dan sekitarnya. Setiap hari 3 sampai 4 ekor sapi dipotong di sana. 

Rumah potong itu sendiri masih sangat sederhana. Bangunan berukuran lebih kurang 10 kali 7 meter, hampir tanpa penyekat. Sapi disembelih dalam ruangan itu dan seterusnya digantung untuk dikuliti dan dipotong-potong sebelum dikirim ke pasar-pasar. Ada sebuah bagian yang berbeda di ruangan itu, yaitu sebuah lorong dari baja yang kokoh setinggi dua setengah meter, panjang sekitar enam meter dengan lebar kurang dari satu meter. dan hamparan baja berukuran tiga kali dua meter disampingnya. Rupanya lorong ini bagian dari alat pemotong sapi impor dari Australia.  Pak D rupanya juga mempunyai lisensi untuk memotong sapi ex Australia. Di kandang yang terpisah, hari itu ada tiga ekor sapi berukuran lebih besar, jenis Limosin.

Dia bercerita, bahwa sapi Australia tidak boleh (tidak diijinkan) untuk disembelih seperti pemotongan sapi lokal. Itulah sebabnya, rumah potong harus menyediakan lorong khusus tadi itu. Jadi bagaimana cara memotongnya? Mula-mula sapi digiring ke dalam lorong baja. Sampai di ujung lorong, dalam keadaan tidak bisa lagi maju, sapi itu 'ditembak' (istilah pak D) dengan peluru tumpul di bagian kepalanya. Sapi itupun terhuyung pingsan. Satu sisi dinding lorong dibuka dan sapi itu jatuh ke hamparan baja, lalu disembelih di sana. 

Aku beritahu pak D bahwa cara pemotongan seperti itu tidak lebih baik dari yang biasa dilakukan rumah potong, dengan merebahkan dan mengikat sapi sebelum dipotong. Sapi tidak semestinya dipukul atau 'ditembak' untuk dipingsankan sebelum disembelih. Tapi menurut pak D, kalau aturan itu tidak dituruti, kalau sapinya disembelih dengan terlebih dahulu diikat dan direbahkan, maka rumah potong bersangkutan akan dicoret sebagai penyalur sapi impor dari Australia tersebut. Karena menurut mereka cara penyembelihan seperti itu lebih sadis. Mereka selalu mengawasi apakah aturan itu dipatuhi oleh rumah potong.

Praktek pemotongan sapi di rumah potong yang dilakukan secara tradisional, kadang-kadang memang terlihat 'sadis'. Para pekerja melakukan tugasnya dengan tergesa-gesa dan ceroboh. Tidak jarang mereka memperlakukan sapi yang akan dipotong itu secara kasar baik ketika menariknya, mengikatnya atau merebahkannya. Bahkan ketika sapi yang baru disembelih itu belum sempurna mati, kepala, kaki-kaki dan bagian tubuh lainnya sudah dipisahkan. 

Seharusnya pemerintah bisa menertibkan cara memotong hewan di rumah potong. Baik yang dengan cara tradisional tapi sembrono ataupun yang dengan cara menembak untuk memingsankan sapi sebelum dipotong. Menggunakan lorong baja itu cukup praktis untuk menghindarkan pengikatan sebelum merebahkan sapi yang sepertinya terlihat ribet dan sadis. Tinggal disempurnakan dengan memasang alat untuk mendongakkan kepala sapi sebelum disembelih. Alat seperti ini sudah digunakan di rumah-rumah potong di luar negeri termasuk di Australia.   

****                                        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar