Minggu, 28 April 2013

Harta

Harta   

Innamaa amwaalukum wa aulaadukum fitnatun - wallaahu 'indahuu ajrun 'azhiim. (Sesungguhnya harta bendamu dan anak-anakmu adalah cobaan belaka - Padahal di sisi Allah ada pahala yang besar.) (Surah At Taghabuun ayat 15). 

Rumah pak M termasuk yang terbaik bangunannya di komplek perumahan kami. Rumah tersebut dibangunnya sendiri. Maksudnya, dimandorinya sendiri pengerjaannya, sesuai dengan seleranya. Sebuah rumah yang lumayan indah. Dan dia telah menempatinya lebih dari dua puluh tahun. Mula-mula dengan keempat putera-puterinya, ketika mereka masih kanak-kanak dan bersekolah. Lalu satu demi satu anak-anak itu pergi meninggalkan rumah pak M setelah mereka berkeluarga pula. Tinggallah pak M dengan istrinya saja berdua menghuni rumah yang lumayan besar.  

Istri pak M sakit agak parah di hari tuanya, sampai tidak kenal lagi dengan dirinya. Pak M yang merawat istrinya tersebut dengan hati-hati. Anak-anaknya jarang hadir. Alasannya mungkin karena mereka tinggal berjauhan, bahkan ada yang di luar negeri. Wallahu a'lam.

Allah berkehendak, rupanya pak M yang lebih dahulu dipanggil Allah. Dia mengalami sakit relatif sebentar, tahu-tahu divonis dokter bahwa penyakitnya itu sangat serius dan sudah stadium gawat. Ternyata memang demikian adanya. Dalam bilangan beberapa bulan saja dia meninggal. Istrinya yang sakit akhirnya dibawa oleh salah satu anaknya tinggal bersama mereka.   

Tidak ada di antara anak-anaknya yang berminat menempati rumah peninggalan pak M. Mungkin karena masing-masing mereka sudah punya rumah pula. Rumah kesayangan pak M itu akhirnya dijual anak-anaknya. 

Inilah sebuah ilustrasi. Betapa harta yang kita cintai, yang kita sayang-sayangi, akhirnya kita tinggalkan begitu saja. Tidak mungkin kita bawa menghadap Allah. Adakah dia bermanfaat sepeninggal kita? Tergantung dari bagaimana kita mempersiapkannya sebelum ditinggalkan. Tidak jarang terjadi harta yang ditinggalkan itu bahkan menjadi bahan pertengkaran di antara ahli waris. Di antara anak-anak kandung sendiri.  Mereka berebutan dengan cara-cara yang tidak pantas. Saling jatuh menjatuhkan dengan berbagai cara. Kalau seperti itu yang terjadi, maka betul-betul harta itu hanya jadi cobaan saja bagi pemilik sebelumnya. Bahkan jadi fitnah benaran. Jadi beban dosa karena harta peninggalannya justru menimbulkan perpecahan di antara ahli warisnya.

Mudah-mudahan kita berhati-hati benar dengan harta agar dia tidak menjadi fitnah kepada diri kita sendiri.

*****

                

Sabtu, 27 April 2013

Tiba-tiba Blog Ini Bermasalah, Tidak Bisa Dibuka

Tiba-tiba Blog Ini Bermasalah, Tidak Bisa Dibuka        

Ya, tiba-tiba saja. Aku tidak bisa membuka blog ini. Setiap kali dicoba keluar pesan bahwa sistimnya lagi sibuk atau koneksi terputus. Aneh. Cuma tambah anehnya, kalau aku buka bagian lain seperti halaman untuk melihat isi, menambahkan cerita baru (seperti sekarang ini) tidak masalah. Dia baru bermasalah ketika aku tekan 'lihat blog'. Pesan-pesan ajaib tadi keluar dan halaman utama blog tetap tidak muncul.    

Kemarin aku coba bertanya di google. Ada yang mengalami hal yang sama rupanya dan ada yang memberi petunjuk mengatasi masalah ini. Tapi aneh, cara yang ditunjukkan itu ternyata tidak bisa digunakan. Sekarang aku sedang berspekulasi saja mencoba membuat tulisan asal-asalan baru dan sebentar lagi akan kucoba mempublikasikan.


******


Alhamdulillaah..... Memang agak 'ajaib'. Dikutak-kutik nggak jelas saja, tiba-tiba dia sudah mau lagi digunakan. Sudah kembali seperti sebelumnya. Entah apa yang sebenarnya terjadi tidaklah jelas. Jadi syukurlah, dia sudah kembali OK...

*****
                               

Jumat, 26 April 2013

Khutbah Tadi Siang

Khutbah Tadi Siang

'Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa. Janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan Islam.' (Surah Ali Imran ayat 102). Bertaqwalah dengan sungguh-sungguh. Bertaqwa artinya berhati-hati sekali dalam menempatkan diri agar jangan sampai terpeleset ke dalam jurang kemurkaan Allah. Khalifah Umar bin Khaththab membuat perumpamaan untuk taqwa itu bagaikan melalui jalan di pinggir jurang yang penuh dengan onak duri namun dia harus dilalui. Melaluinya harus dengan penuh keberhati-hatian. Seperti itulah seharusnya seorang yang beriman memelihara ketaqwaan.

'Bertaqwalah dengan segenap kesanggupanmu! Dengarlah dan taatlah.....!' (Surah At Taghabuun ayat 16). Dengarlah keterangan-keterangan agama. Pelajari dan fahami. Mana yang perintah Allah lalu laksanakan perintah itu dengan patuh dan taat. Mana yang larangan Allah lalu tinggalkan larangan tersebut dengan patuh dan taat. Orang-orang beriman yang bertaqwa adalah mereka yang apabila diajak kepada jalan Allah mereka menjawab, sami'na wa atha'na. Kami dengar dan kami taat. Karena seperti itu mereka diperintah oleh Allah.   

Dan jangan mati melainkan dalam keadaan Islam! Dalam keadaan berserah diri kepada Allah dengan sebenar-benarnya penyerahan diri. Bukan hanya sekedar mengantongi KTP yang disana tertulis bahwa yang empunya beragama Islam, tapi tidak sedikitpun taat dan patuh terhadap ajaran Islam. Perintah Allah untuk orang-orang yang beriman; 'Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kalian kedalam Islam secara totalitas. Jangan kalian ikuti langkah-langkah setan. Karena sesungguhnya dia (setan itu) adalah musuh yang nyata bagi kalian.' (Surah Al Baqarah ayat 208). Masuklah ke dalam Islam dengan sempurna. Patuhi segala perintah dan hindarkan segala larangan. Kalau terlanjur berbuat dosa cepat-cepat minta ampun kepada Allah. Jangan diikuti langkah-langkah setan karena setan itu akan selalu menipu dan menjerumuskan kalian ke dalam kesesatan.

Jaga makanan yang akan dimakan. Makanlah makanan yang direzekikan Allah di muka bumi ini, yang halal dan baik. Karena makanan yang haram, akan menyebabkan seseorang semakin mudah diperdaya oleh setan. Firman Allah dalam surah Al Baqarah ayat 168; 'Wahai manusia! Makanlah apa-apa yang disediakan untuk kalian di muka  bumi ini yang halal dan baik. Janganlah kalian ikuti langkah-langkah setan. Karena sesungguhnya dia (setan itu) adalah musuh yang nyata bagi kalian.'  

Berhati-hatilah dengan makanan. Dan setan itu adalah musuh yang tidak henti-hentinya memperdayai kalian. Agar kalian tersesat dari jalan Allah. Lanjutan ayat di atas, (ayat 169); 'Sesungguhnya dia (setan itu) menyuruh kalian berbuat kejahatan dan kemungkaran dan mengatakan tentang Allah hal-hal yang tidak kalian ketahui.'  Seperti itu tipu daya setan. Dia tipu manusia sehingga mereka melihat keburukan-keburukan itu sebagai suatu yang indah. Mereka lihat kemungkaran itu sebagai sesuatu yang nikmat. Lalu mereka bergelimang di dalamnya. 

Setan menggoda manusia di setiap sudut. Di setiap perbuatan mereka. Bahkan di dalam amalan-amalan yang mereka sangka sudah benar. Padahal yang mereka lakukan itu tidak ada dalil. Ketika ditanyakan dari mana mereka mendapat petunjuk lalu mereka mengatakan bahwa mereka telah mewarisinya dari orang-orang tua mereka. Mereka ada-adakan amalan-amalan yang keliru dan nyata kelirunya. Seperti mempercayai bahwa benda-benda kuno  mereka mempunyai kekuatan gaib lalu mereka buat ritual atau upacara khusus untuk memuliakan pusaka-pusaka itu. 

Mereka yang seperti ini yang ditempelak Allah dalam kelanjutan ayat di atas, (ayat 170); Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Ikutilah apa-apa yang diturunkan Allah!', mereka menjawab, 'Kami hanya mengikuti apa-apa yang diajarkan nenek moyang kami.' Walaupun nenek moyang mereka bukan orang yang berakal dan tidak mendapat petunjuk.

Perhatikanlah! Betapa banyak orang yang dengan mudah diperdayakan oleh setan dan digiringnya ke jalan yang sesat. Namun mereka tidak sadar. Oleh karena itu, marilah kita berusaha untuk menjadi seorang muslim yang sebenar-benarnya. Masuk ke dalam Islam secara totalitas. Kenali perintah-perintah Allah dan bersegera melaksanakannya. Kenali larangan-larangan-Nya dan segera pula menghindar darinya. Banyak-banyaklah belajar untuk mengenal Islam dengan lebih baik. Dan ketika kita mendengar keterangan-keterangan Allah di dalam al Quran ataupun dari hadits-hadits Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam hendaklah kita sami'na wa atha'na. Kami dengar dan kami taat.... Mudah-mudahan Allah menambahkan kekuatan iman dan ketaqwaan ke dalam hati kita....

*****                                      

Sabtu, 20 April 2013

Kunci Sukses

Kunci Sukses 

Taklim ba'da subuh kami pagi ini membahas tentang sukses. Apa yang dimaksud dengan sukses? Bagaimana menguji sebuah kesuksesan? Apa puncak dari sebuah kesuksesan? Tentu saja dilihat dari kaca mata Islam. 

Menurut ustadz (yang mengaku seorang motivator ibadah), seseorang dikatakan sukses ketika dia mampu mengerjakan sesuatu dengan hasil di atas rata-rata yang dihasilkan orang lain. Kalau rata-rata orang hanya mampu menghasilkan sesuatu dengan nilai 6 lalu ada orang yang mampu meraih nilai 7, maka yang terakhir inilah yang secara mudah dilihat sebagai seorang yang sukses.

Menarik juga cara ustadz ini membuat perumpamaan. Puncak dari sebuah kesuksesan itu menurut Islam adalah mendapatkan surga Allah nanti di akhirat. Jadi, meski seseorang mampu meraih hasil maksimal di dunia ini baik berupa kekayaan, kejayaan, atau pangkat, tetapi di akhirat dia tidak masuk surga, maka orang tersebut tidak mendapatkan puncak kesuksesan.   

Orang yang nanti dimasukkan Allah ke dalam surga-Nya adalah orang yang selama hidupnya di dunia berbuat baik atau beramal di atas rata-rata orang kebanyakan. Nanti di akhirat itu jauh lebih banyak yang masuk ke dalam neraka Allah. Yang masuk surga lebih sedikit. Yang akan dimasukkan ke dalam surga adalah mereka yang beramal shalih.  Di antara yang masuk surga itu ada yang dihisab, diperhitungkan perbandingan amal shalih dan dosa-dosanya. Yang berdosa akan dimasukkan terlebih dahulu ke dalam neraka. Dan ada golongan yang tanpa dihisab seperti orang-orang yang syahid di jalan Allah. Mana yang lebih banyak antara yang masuk surga tanpa dihisab dengan yang dihisab? Yang tanpa hisab lebih sedikit. Mereka itu adalah yang beramal di atas rata-rata di masa hidupnya yang berakhir dengan kesyahidannya. Jumlahnya hanya sedikit.

Di antara orang-orang yang masuk surga Allah tanpa dihisab, ada segolongan kecil lagi yang Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam nyatakan sebagai ahli surga padahal ketika itu mereka masih hidup. Hanya beberapa orang saja jumlahnya. Karena mereka, para sahabat pilihan ini beramal di atas rata-rata sahabat yang lain. Mereka adalah yang paling sukses di antara orang-orang yang sukses. Orang-orang yang mati syahid adalah orang yang lebih sukses di antara orang-orang yang harus diperhitungkan dulu setiap amalnya. Karena orang yang mati syahid telah berbuat amalan yang lebih baik dari orang kebanyakan.

Kita yang hadir di mesjid untuk shalat subuh dan mendengarkan taklim pagi ini, telah berbuat lebih baik dari kebanyakan manusia yang masih berbaring dan berselimut di tempat tidurnya. Mari kita beramal dengan lebih baik. Begitu pesan beliau.

*****                             

Jumat, 19 April 2013

Pondok Sarapan Pagi

Pondok Sarapan Pagi    

Kalau ingin makan ketupat sayur ala Pariaman untuk sarapan pagi datanglah ke tempat ini. Lepau atau kedainya memakai merek seperti itu. Pondok Sarapan Pagi. Terletak di jalan Pondok Kelapa Raya di Jakarta Timur. Kedai itu sudah aku kenal sejak aku tinggal di Jatibening hampir 20 tahun yang lalu. Beberapa kali mereka terpaksa berpindah tempat, ke barat dan ke timur di jalan yang sama. Alasannya, karena sewa kedai di saat akan memperbaharui kontrak dinaikkan si empunya dengan kenaikan yang tinggi.

Apa yang dijual di kedai itu? Jualan utamanya memang adalah ketupat sayur. Ketupat dengan sayur nangka dan gulai pakis bersantan kental. Katupek gulai paku Pariaman, karena si uni pengusahanya memang orang Pariaman. Harus diakui bahwa katupek itu memang istimewa. Sayurnya boleh ditambah dengan rendang, telur, gulai ayam dan sebagainya kalau mau. Dulu juga pernah ada tunjang, tapi entah kenapa akhir-akhir ini tidak pernah ada lagi. Di samping ketupat sayur, ada bubur kampiun, ada ketan dan goreng pisang, dan beraneka macam kue-kue basah seperti lupis, lepat bugis, onde-onde atau kelepon kata orang di sini. Dan tentu saja ada sala lauak dan kerupuk balado untuk menemani ketupat sayur. Untuk minuman selain teh dan kopi, juga ada teh talua  bagi yang berminat. Karena rasa hidangannya yang lumayan enak, pengunjungnya cukup banyak. Terlebih-lebih di hari Sabtu dan Minggu. Kedainya tidak seberapa besar. Ada tujuh atau delapan buah meja yang dapat menampung sekitar tiga puluh orang bersamaan.    

Sebenarnya jajan di Pondok Sarapan Pagi ini beresiko kalau keseringan. Terutama karena santannya yang kental. Dulu sekali kami agak rajin mengunjungi kedai itu. Lalu berhenti untuk waktu lama karena santan kental itu sangat cepat reaksinya terhadap asam urat. Akhir-akhir ini kami datangi agak sekali sebulan. Karena salero...... 

Almarhum ayah mertuaku, ketika beliau datang berkunjung ke tempat kami termasuk penikmat katupek gulai paku itu pula. Kalau istriku pulang dari berbelanja pagi-pagi, beliau biasa bertanya, 'Singgahkah tadi di tempat kemanakanku?' Yang beliau maksud kemenakan adalah pedagang Pondok Sarapan Pagi itu. Kemenakan pura-pura. Maksudnya apakah ada dibawakan katupek dari kedai ketupat itu. Kalau tidak, itu artinya beliau ingin pergi sarapan kesana.


Tadi pagi kami sarapan berlima dengan anak, menantu dan cucu paling bungsu di sana. Ketika kedai itu sedang ramai-ramainya. Menikmati katupek ditambah sala lauak. Si uni pemilik usaha itu masih terlihat mundar-mandar. Tapi tidak terlibat langsung lagi dalam melayani pembeli seperti beberapa tahun yang lalu. Yang melayani pelanggan adalah beberapa orang karyawannya. 

*****                                

Sabtu, 13 April 2013

Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Amar Ma'ruf Nahi Munkar 

Ada sebuah diskusi kecil dengan ustadz, ketika kami mengaji di tengah hujan lebat ba'da asar hari Sabtu sore pekan yang lalu. Tentang ma'na kata-kata ma'ruf dan munkar. Seperti berikut ini keterangan yang beliau berikan;

Ma'ruf artinya adalah 'yang dikenal'. Maksudnya, sesuatu yang dikenal nilai kebajikannya oleh semua orang yang berakal sehat. Menghormati orang tua, berbuat sopan santun kepada sesama manusia, suka membantu orang susah, memberi dengan ikhlas dan hal-hal lain sebangsanya adalah di antara perbuatan baik yang dikenal oleh siapa saja. Tidak ada orang yang berakal sehat akan menentangnya dan mengatakan bahwa prilaku seperti itu sebagai perbuatan tercela. 

Kebalikannya, mungkar berarti sesuatu 'yang ditolak'. Sesuatu perbuatan yang semua orang 'baik-baik' memahaminya sebagai kejahatan dan tidak ada yang menyukainya. Misalnya  membunuh manusia tanpa alasan, mencuri, menyakiti hati orang lain (apa lagi orang tua sendiri), berbuat onar, melakukan perbuatan keji dan sebagainya. Semua itu adalah perbuatan mungkar.

Islam menyuruh agar penganutnya melakukan perbuatan baik-baik. Kebaikan universal, yang dikenal semua orang-orang berakal. Hal itu kita kenal sebagai amar ma'ruf. Sebagai perintah berbuat baik. Berbuat baik kepada semua makhluk. Termasuk kepada hewan sekalipun. Termasuk memelihara lingkungan dari kerusakan.  

Perintah untuk menegakkan kebajikan itu harus sejalan dengan larangan mengerjakan perbuatan 'yang ditolak' oleh masyarakat beradab. Dengan nahi mungkar.  Kalau kita melihat kemungkaran maka hendaklah dicegah. Sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, barangsiapa melihat kemungkaran hendaklah dia menghalanginya dengan tangannya. Kalau tidak sanggup dengan tangannya hendaklah dicegahnya dengan lisannya. Kalau tidak sanggup juga dengan lisan hendaklah dicegahnya dengan hatinya, berupa doa. Namun yang terakhir ini adalah yang selemah-lemahnya iman.  

Ada pemahaman baru yang aku dengar dari diskusi ini. Yaitu pendapat sang ustadz bahwa mencegah dengan tangan maksudnya adalah dengan kekuasaan. Artinya, cara ini hanya dapat dilakukan oleh yang memegang kekuasaan alias pemerintah. Pemerintahlah yang seharusnya mencegah kemungkaran itu dengan kekuasaannya. Ketika pemerintah lupa atau lalai, tugas kita sebagai rakyat biasa untuk mengingatkan dengan lisan. Memberitahukan dan mengingatkan tentang kemungkaran itu kepada pemerintah supaya sang pemerintah mencegahnya. Seandainya pemerintah berbalik memusuhi kita, pada waktu itu ikhtiar yang tertinggal adalah dengan doa. 

Aku tidak seratus persen yakin dengan pemahaman baru ini karena nash dari hadits Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam di atas tidak merincinya seperti itu melainkan menjelaskan dengan barangsiapa. Sangat umum sifatnya tanpa dibatasi antara penguasa dengan rakyat banyak.   

Wallahu a'lam...

*****        

Istiqamah

Istiqamah  

Apa itu istiqamah? Aku mendapatkan ancar-ancar definisi istiqamah dari catatan seseorang, ketika aku google seperti berikut:
  1. Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu : ‘Hendaknya kita bertahan dalam satu perintah atau larangan, tidak berpaling seperti berpalingnya seekor musang’
  2. Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu : ‘Istiqomah artinya adalah ikhlas’
  3. Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu : ‘Istiqomah adalah melaksanakan kewajiban’
Jadi artinya bisa bervariasi seperti pendapat beliau-beliau ini. Aku lebih cenderung mengartikan istiqamah sebagai gabungan dari ketiga pendapat tersebut. Melaksanakan kewajiban (sekaligus meninggalkan larangan), secara ikhlas dan bertahan dengan sikap itu sekuat mungkin. 

Dan hal itu bukan sesuatu yang mustahil dilakukan kalau kita berniat melakukannya lalu berusaha sungguh-sungguh untuk melaksanakannya. Insya Allah tanpa bermaksud ria, ingin aku mengulangi kembali cerita tentang pengalaman menegakkan shalat berjamaah di awal waktu. Aku secara bersunguh-sungguh mempertahankannya sejak tahun 1991 yang lalu, sesudah tergugah ketika mendengar cerita seorang ustadz di pengajian bulanan di lingkungan tempat bekerja ketika itu. Bahwa shalat berjamaah di awal waktu di mesjid itu hampir wajib hukumnya bagi laki-laki. Dan beliau menyampaikan hadits bagaimana Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam mengatakan bahwa hampir saja beliau pergi membakar rumah mereka-mereka yang tidak hadir shalat berjamaah ke mesjid. Lalu dengan peringatan keras seperti itu para sahabat langsung sami'na wa atha'na. Mereka langsung patuh dan taat.

Waktu itu, peringatan seperti ini menyentuh betul ke hatiku dan aku berniat untuk melaksanakan shalat berjamaah di awal waktu. Alhamdulillah, sampai sekarang aku tetap mampu menjalaninya dan mudah-mudahan Allah memeliharaku untuk tetap istiqamah melaksanakannya.

Ada seorang jamaah di mesjid kami, yang agak kedodoran untuk berlaku istiqamah pula dalam menegakkan shalat berjamaah ke mesjid, lalu bertanya kepadaku, bagaimana caranya. Jawaban sederhanaku adalah dengan niat dan usaha yang sungguh-sungguh. Mungkin yang lebih berat adalah untuk hadir shalat subuh, karena di waktu subuh itu tidur sedang enak-enaknya. Di sini perlu sedikit perjuangan dan tekad. Diawali dengan niat untuk bangun jam sekian (sekian menit sebelum masuk waktu subuh), boleh juga dengan menggunakan alat bantu seperti alaram untuk membangunkan, tapi setelah itu, ketika alaram berbunyi, kita benar-benar bangkit dari tidur, tanpa menunda-nunda. Cobalah berusaha keras untuk mengerjakan selama seminggu. Insya Allah setelah itu akan jadi lebih mudah meneruskannya, asal kita tetap berniat dan bersungguh-sungguh memenuhi yang diniatkan.

Lakukan hal yang sama untuk setiap shalat. Tanamkan betul di hati kita bahwa sebisa-bisanya jangan sampai shalat itu dikalahkan oleh kepentingan lain. Meski kadang-kadang  adakalanya kita tidak dapat menghindar dari suatu kesibukan. Seandainya terjadi, suatu ketika terkendala oleh satu dan lain hal, cepat-cepat beristighfar dan perbaharui niat, agar kesempatan shalat berikutnya jangan sampai terlambat lagi. 

Seperti itu yang aku nasihatkan kepada jemaah yang bertanya tadi. Dia masih berusaha untuk istiqamah tapi belum sepenuhnya berhasil. Mudah-mudahan Allah memudahkannya  untuk berubah menjadi istiqamah pula.

*****                                      

Jumat, 05 April 2013

Zakat

Zakat   

Firman Allah Ta'ala di dalam surah At Taubat (surah 9) ayat 60 yang artinya; 'Sesunguhnya zakat-zakat itu adalah untuk; orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat itu, orang-orang muallaf, untuk budak, untuk orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang dalam perjalanan. Begitu perintah Allah. Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.'  

Zakat adalah rukun Islam. Sama halnya dengan shalat, dengan puasa Ramadhan, dengan mengerjakan haji. Janganlah sampai kita tidak menunaikan zakat karena akan cacadlah keislaman kita.

Siapa yang berhak menerima zakat sudah dijelaskan seperti di atas. Ada delapan jenis yang berhak menerima zakat. Ada fakir, yakni mereka yang bahkan untuk dimakan hari ini saja tidak punya. Saking tidak berpunyanya. Lalu ada orang miskin, orang yan meskipun punya tapi selalu berkekurangan. Ibaratnya ada yang akan dimakan hari ini tapi yang untuk hari esok belum ada. Kemudian pengelola zakat alias amil zakat. Orang yang bekerja mengumpulkan dan menyalurkan zakat tersebut. Dan mereka juga termasuk salah satu golongan yang berhak menerima zakat tersebut. Seterusnya para muallaf, mereka yang baru masuk Islam. Agar hatinya lebih dekat kepada Islam. Lalu yang berikutnya budak, yang ingin menebus kemerdekaannya.  Setelah itu orang-orang yang dililit hutang. Orang yang berhutang dan kehidupannya jadi sulit diakibatkan hutang-hutangnya. Yang ketujuh adalah orang-orang yang bekerja pada jalan Allah. 

Termasuk ke dalam golongan ini adalah orang yang bekerja sosial seperti pengelola rumah yatim, rumah jompo, rumah orang-orang terlantar yang dilakukannya lillaahi ta'ala. Tidak ada yang menggajinya. Tidak ada yang menjamin biaya yang diperlukannya secara berketerusan. Inilah yang dimaksud sebagai fiisabilillaah. Bagaimana dengan orang yang menjadi panitia perbaikan mesjid sementara mesjid itu dalam keadaan kurang terurus? Mungkin bocor. Mungkin kurang rapi. Sementara mesjid-mesjid di negeri kita ini umumnya adalah hasil swadaya jamaah? Insya Allah panitia pembangunan mesjid ini termasuk ke dalam golongan mereka-mereka yang bekerja pada jalan Allah. Fiisabilillaah. Karena yang mereka urus adalah bangunan tempat menyembah Allah. Panitia inipun boleh mendapatkan bahagian zakat tersebut.

Yang terakhir adalah ibnu sabiil. Pengembara yang bukan pelaku maksiat kepada Allah. Seorang pengembara yang kehabisan bekal. Orang seperti ini termasuk mustahiq, orang yang berhak menerima zakat.  

Bolehkah kita menyerahkan zakat langsung kepada salah satu dari mustahiq itu (tanpa melalui amil zakat)? Tidak ada halangannya. Ketika kita tahu bahwa seseorang itu memang memerlukan zakat, kita boleh langsung memberikannya. 

Mudah-mudahan kita senantiasa mampu dan tidak lupa membayar zakat.

*****